Rabu, 21 Mei 2014

Tugas softskill Aspek Hukum dalam Ekonomi

Hukum Perikatan
A.   Pengeritan Hukum Perikatan
Perkataan “perikatan” mempunyai arti yang lebih luas dari perkataan “perjanjian”, sebab dalam perikatan di atur juga perihal hubungan hukum yang sama sekali tidak bersumber pada suatu persetujuan atau perjanjian, yaitu perihal perkataan yang timbul dari perbuatan yang melanggar hukum. Perikatan ialah suatu hubungan hukum antar dua orang yang memberi hak pada yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang lainnya, sedangkan orang yang lain ini di wajibkan memenuhi tuntuan itu.
Pengertian Hukum Perikatan menurut Tokoh :
1.     Hukum perikatan menurut Pitlo:
Suatu hubungan hukum yang bersifat harta kekayaan antra dua orang atau lebih atas dasar mana pihak yang satu memiliki hak dan pihak yang lain memiliki kewajiban atas suatu prestasi.
2.    Hukum perikatan menurut subekti:
Suatu hubungan hukum antara 2 pihak yang mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak yang lainny yang berkewajiban memenuhi tuntuan.

B.   Dasar Hukum Perikatan
Dasar hukum perikatan yang ada diindonesi berdasarkan KUH perdata terdapat tiga sumber sebagai berikut:
1.      Perikatan yang timbul dari persetujuan
2.      Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi karena perbuatan melanggar hukum dan perwakilan sukarela
3.      Perikatan yang timbul dari undang-undang
Sumber perikatan berdasarkan undang-undang:
1.      Perikatan (pasal 1233 KUH Perdata)
Perikatan lahir karena suatu persetujuan dan perikatan di tujukan untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu.
2.      Persetujuan (pasal 1313 KUH perdata)
Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain.
3.      Undang – undang (pasal 1352 KUH perdata)
Perikatan yang lahir karaena undang-undang timbul dari undang-undang atau dari undang-undang sebagai akibat perbuatann orang.

C.   Azas-azas Dalam Hukum Perikatan

1.    Asas kebebasan berkontrak :  Ps.1338: 1 KUH perdata
“ Segala sesuatu perjanjian yang dibuat adalah Sah bagi para pihak yang membuatnya dan berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. “
2.    Asas kkonsensualisme : 1320 KUH perdata
“ Perjanjian itu lahir pada saat tercapai kata sepakat antara pihak mengenai hal-hal yang pokok dan tidak memerlukan sesuatu formalitas”
3.    Asas kerpribadian :1315 dan 1340 KUH perdata.

D.   Wanprestasi dan akibatnya
Wansprestasi timbul apabila salah satu pihak tidak melakukan apa yang diperjanjikan.
Adapun bentuk dari wansprestasi bisa berupa empat kategori:
1.       Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya
2.       Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan
3.       Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat
4.       Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
Akibat-akibat Wansprestasi
Akibat-akibat wansprestasi berupa hukuman atau akibat-akibat bagi debitur yang melakukan wansprestasi , dapat digolongkan menjadi tiga kategori:
1.    Membayar Kerugian yang Diderita oleh Kreditur (Ganti Rugi)
a.       Biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh salah satu pihak
b.      Rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditor yang diakibat oleh kelalaian si debitor
c.       Bunga adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang sudah dibayangkan atau dihitung oleh kreditor

2.    Pembatalan Perjanjian atau Pemecahan Perjanjian
Di dalam pembatasan tuntutan ganti rugi telah diatur dalam Pasal 1247 dan Pasal 1248 KUH Perdata. Pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian bertujuan membawa kedua belah pihak kembali pada keadaan sebelum perjanjian diadakan.
3.       Peralihan Risiko
                Peralihan risiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian jika terjadi suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak yang menimpa barang dan menjadi obyek perjanjian sesuai dengan Pasal 1237 KUH perdata.

E.    Hapusnya Perikatan

Cara menghapus suatu perikatan harus sesuai Kriteria – kriteria sesuai dengan pasal 1381 KUH. Jika sesuai keriteria yang berada di pasal tersebut baru perikatan tersebut bisa di hapusakan.
Kriteria – keriteria cara penghapusan suatu perikatan:
1.      Pembauran utang (inovatle)
Novasi adalah suau persetujuan yang menyebabkan suatu perikatan terhapus. Setelah terhapus akan timbul perikatan lainnya yang ditempatkan sebagai pengganti semula.
2.      Pembebasan utang
Pembebasan utang adalah perbuatan hukum dimana dengan kreditur melepaskan hak untuk menagih piutangnya dari debitur. Menurut pasal 1439 KUH KUH perdata “ pembebasan utang itu tidak boleh dipersangkakan tetapi harus di buktikan “
3.      Musnahnya barang yang terutang
Apabila benda dari suatu perikatan musnah tidak dapat lagi diperdagangkan atau hilang, berarti terjadi “keadaan memaksa” sehingga undang – undang perlu mengadakan peraturan tentang akibat – akibat dari perikatan tersebut. Menurut pasal 1444 KUH perdata “ perikatan sepihak dalam keadaan yang demikian itu hapuslah perikatannya asal barang itu musnah atau hilang diluar salahnya debitur dan sebelum ia lalai menyerahkannya”
4.      Perjumpaan utang (kompensasi)
Kompenasi adalah salah satu cara penghapusan perikatan yang disebabkan keadaan dua orang masing – masing merupakan debitur sau dengan. Kompensasi terjadi apabila dua orang saling berhutang satu sama yang laiin dengan mana utang – utang antara kedua oarang tersebut di hapuskan
5.      Kedaluwarsa
Menurut ketentuan Pasal 1946 KUH Perdata.Lampau waktu adalah suatu alat untuk memperoleh susuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang. Dengan demikian menurut ketentuan ini, lampau waktu tertentu seperti yang ditetapkan dalam undang-undang, maka perikatan hapus.